Dustin Poirier Mengkritik Skor Juri dalam Kekalahan Pertarungan Pensiun UFC dari Holloway

✍️ Penulis: ace 🕒 Waktu Terbit: 2025-07-22 📂 Kategori: news

**Dustin Poirier Gantung Sarung: Kritik Pedas untuk Penilaian Juri di Laga Perpisahan Kontra Holloway**SALT LAKE CITY, UT – Sabtu malam lalu di UFC 318 menjadi saksi akhir sebuah era.

Dustin “The Diamond” Poirier, legenda sejati octagon, secara resmi mengakhiri karir gemilangnya dengan kekalahan angka mutlak dari sang juara BMF, Max “Blessed” Holloway.

Meski menerima keputusan untuk pensiun dengan lapang dada, Poirier tak bisa menahan kekecewaannya terhadap penilaian para juri.

Laga utama yang mendebarkan itu memang menampilkan aksi jual beli serangan yang intens.

Holloway, dengan volume pukulan dan kelincahan yang luar biasa, berhasil mendikte ritme pertarungan.

Namun, Poirier, dengan kekuatannya yang meledak-ledak dan pengalaman bertahun-tahun, memberikan perlawanan sengit.

Ia beberapa kali berhasil menggoyahkan Holloway dengan pukulan keras dan tendangan mematikan.

Meskipun banyak pengamat dan penggemar mengakui bahwa Holloway pantas meraih kemenangan, skor 49-46, 50-45, 50-45 yang diberikan para juri memicu perdebatan sengit.

Poirier sendiri, dalam wawancaranya pasca-pertarungan, secara halus mempertanyakan objektivitas penilaian tersebut.

“Saya tidak ingin terdengar seperti pecundang yang menyalahkan orang lain,” ujarnya, “Tapi saya merasa beberapa ronde sangat dekat.

Saya kira penilaiannya bisa sedikit lebih adil.

“Komentar Poirier ini bukan sekadar keluhan seorang petarung yang kalah.

Ini adalah refleksi dari masalah yang terus menghantui dunia MMA: inkonsistensi dan subjektivitas penilaian juri.

Seringkali, penilaian didasarkan pada kriteria yang tidak jelas, seperti “agresi” atau “kontrol octagon”, yang sangat rentan terhadap interpretasi pribadi.

Dalam kasus Poirier vs.

Dustin Poirier Mengkritik Skor Juri dalam Kekalahan Pertarungan Pensiun UFC dari Holloway

Holloway, banyak yang berpendapat bahwa keunggulan volume pukulan Holloway mungkin telah terlalu memengaruhi para juri, mengabaikan dampak dan efektivitas serangan Poirier.

Statistik memang menunjukkan bahwa Holloway mendaratkan lebih banyak pukulan, tetapi itu tidak serta merta berarti ia mendominasi pertarungan secara keseluruhan.

Kekalahan di laga perpisahan tentu menyakitkan bagi Poirier.

Namun, warisan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun tidak ternoda oleh satu kekalahan pun.

Ia adalah seorang pejuang sejati, seorang pria yang selalu memberikan segalanya di dalam octagon, dan seorang atlet yang dihormati oleh rekan-rekannya dan dicintai oleh para penggemar.

Meskipun kariernya sebagai petarung profesional telah berakhir, pengaruh Poirier di dunia MMA akan terus terasa.

Ia telah menginspirasi jutaan orang dengan ketekunannya, semangat juangnya, dan kerendahan hatinya.

Sebagai seorang jurnalis olahraga, saya merasa terhormat telah menyaksikan perjalanan luar biasa Dustin Poirier.

Ia adalah legenda sejati, dan saya berharap ia mendapatkan yang terbaik di masa depan.

Sementara itu, UFC perlu meninjau kembali sistem penilaiannya untuk memastikan bahwa para petarung mendapatkan penilaian yang adil dan akurat, terutama dalam laga-laga penting seperti laga perpisahan seorang legenda.

Keadilan, transparansi, dan objektivitas harus menjadi pilar utama dalam penilaian pertarungan MMA.