Trump suka mengganti nama orang, tempat, dan benda. Dia bukan yang pertama menggunakan hak istimewa kekuasaan itu.

✍️ Penulis: ace 🕒 Waktu Terbit: 2025-07-24 📂 Kategori: news

**Trump dan Kekuatan Nama: Mengulang Sejarah dengan Sentuhan Kontroversial**Sejarah, seperti yang sering dikatakan, ditulis oleh para pemenang.

Presiden Donald Trump, dengan segala kontroversinya, kembali memainkan tuas kekuasaan ini.

Kali ini, sasarannya adalah nama tim NFL Washington Commanders.

Trump secara terang-terangan mendesak agar tim tersebut kembali menggunakan nama lamanya, Redskins, sebuah nama yang telah lama dianggap ofensif dan rasis terhadap penduduk asli Amerika.

Perintah Trump ini bukan sekadar preferensi pribadi.

Ini adalah deklarasi kekuatan, sebuah pengingat bahwa bahkan setelah tidak lagi menjabat, pengaruhnya masih membayangi lanskap politik dan budaya Amerika.

Ini juga bukan pertama kalinya Trump mencoba mengubah atau memengaruhi penamaan.

Selama masa jabatannya, kita menyaksikan berbagai upaya serupa, mulai dari usulan penamaan ulang pangkalan militer hingga kritik terhadap merek-merek yang dianggap “terlalu woke”.

Namun, fenomena ini jauh melampaui Trump.

Sepanjang sejarah, para penguasa dan pemimpin telah menggunakan kekuatan untuk mengubah nama tempat, orang, dan benda sebagai cara untuk mengukuhkan kekuasaan, menghapus sejarah yang tidak diinginkan, atau mempromosikan ideologi mereka sendiri.

Dari penamaan ulang kota-kota setelah penaklukan hingga penghapusan nama-nama tokoh bersejarah yang dianggap tidak sesuai dengan narasi yang berkuasa, praktik ini telah menjadi bagian dari politik kekuasaan selama berabad-abad.

Dalam kasus Redskins, kontroversi seputar nama tersebut telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Bagi banyak penduduk asli Amerika, nama tersebut adalah pengingat yang menyakitkan tentang sejarah penindasan, genosida, dan stereotip yang merendahkan.

Akhirnya, setelah tekanan yang meningkat dari sponsor, aktivis, dan publik, tim tersebut secara resmi mengubah namanya menjadi Commanders pada tahun 2022.

Namun, bagi sebagian orang, termasuk Trump, perubahan nama tersebut merupakan bentuk “kehilangan tradisi” atau “penyerahan pada budaya woke”.

Desakan Trump untuk mengembalikan nama Redskins mencerminkan daya tarik nostalgia dan keinginan untuk mengembalikan masa lalu yang dianggap lebih sederhana dan lebih “Amerika”.

Namun, kita harus bertanya: Amerika siapa yang ingin dikembalikan?

Amerika yang mengabaikan atau menindas hak-hak minoritas?

Amerika yang melanggengkan stereotip rasis?

Sebagai seorang jurnalis olahraga, saya percaya bahwa olahraga memiliki kekuatan untuk menyatukan orang, menginspirasi harapan, dan merayakan keberagaman.

Trump suka mengganti nama orang, tempat, dan benda. Dia bukan yang pertama menggunakan hak istimewa kekuasaan itu.

Nama tim dan maskot harus mencerminkan nilai-nilai ini.

Mengembalikan nama Redskins akan menjadi langkah mundur yang signifikan, sebuah pengkhianatan terhadap komitmen untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan menghormati bagi semua.

Meskipun Trump memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya, kita harus ingat bahwa kekuasaan tidak boleh digunakan untuk melanggengkan rasisme atau mengabaikan penderitaan orang lain.

Sejarah harus dipelajari, bukan diubah atau dipadamkan.

Dan dalam kasus Washington Commanders, sejarah yang adil dan inklusif berarti meninggalkan nama Redskins selamanya.