Untuk pertama kalinya dalam 148 tahun, Wimbledon tanpa hakim garis.

✍️ Penulis: ace 🕒 Waktu Terbit: 2025-07-05 📂 Kategori: news

## Era Baru Wimbledon: Hilangnya Hakim Garis, Hilangnya Jati Diri?

Wimbledon, turnamen tenis tertua dan paling prestisius di dunia, selalu identik dengan tradisi dan keanggunan.

Namun, tahun ini, ada satu perubahan mencolok yang mengguncang fondasi tradisi tersebut: untuk pertama kalinya dalam 148 tahun sejarahnya, Wimbledon tanpa hakim garis manusia.

Hakim garis, yang telah lama menjadi “bagian dari perabotan” di Wimbledon, kini digantikan oleh teknologi *electronic line calling*.

Sistem canggih ini menggunakan kamera berkecepatan tinggi untuk melacak lintasan bola dan menentukan apakah bola tersebut masuk atau keluar lapangan.

Teknologi ini bukan hal baru, sudah banyak digunakan di turnamen lain, namun kehadirannya di Wimbledon terasa seperti pergeseran seismik.

Untuk pertama kalinya dalam 148 tahun, Wimbledon tanpa hakim garis.

Secara objektif, penggunaan *electronic line calling* menjanjikan akurasi yang lebih tinggi dan menghilangkan potensi kesalahan manusiawi.

Tidak ada lagi perdebatan sengit antara pemain dan hakim garis, tidak ada lagi keputusan kontroversial yang bisa mengubah jalannya pertandingan.

Statistik membuktikan bahwa sistem ini jauh lebih akurat daripada mata manusia, terutama dalam kecepatan bola yang ekstrim di tenis modern.

Namun, di balik akurasi dan efisiensi, terselip pertanyaan mendalam: apakah Wimbledon kehilangan sesuatu yang berharga dengan menghilangkan hakim garis?

Beberapa berpendapat bahwa perubahan ini “menghilangkan kemanusiaan” dari turnamen.

Saya pribadi merasakan sentimen ini.

Hakim garis, dengan seragam hijaunya yang khas, bukan hanya sekadar pengamat pasif.

Mereka adalah bagian dari narasi Wimbledon, bagian dari ritual yang membentuk aura unik turnamen ini.

Mereka adalah manusia, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Kesalahan mereka, meskipun terkadang menyakitkan, justru mengingatkan kita akan esensi manusiawi dari olahraga ini.

Hilangnya hakim garis juga menghilangkan satu aspek penting dari interaksi manusia di lapangan.

Pemain berinteraksi dengan hakim garis, mengajukan pertanyaan, terkadang memprotes dengan sopan.

Interaksi ini menambah dimensi sosial pada pertandingan, mengingatkan kita bahwa tenis bukan hanya tentang angka dan statistik, tetapi juga tentang interaksi manusia.

Tentu saja, kita tidak bisa mengabaikan argumen efisiensi dan akurasi.

Di era tenis yang semakin kompetitif, di mana margin kesalahan sangat tipis, *electronic line calling* menawarkan keunggulan yang tidak bisa diabaikan.

Namun, saya percaya bahwa Wimbledon harus berhati-hati agar tidak kehilangan jati dirinya dalam mengejar kesempurnaan teknologi.

Mungkin ada jalan tengah yang bisa ditempuh.

Mungkin kita bisa mengkombinasikan *electronic line calling* dengan kehadiran hakim garis, memberikan mereka peran yang lebih terbatas namun tetap penting.

Mungkin kita bisa menemukan cara untuk menjaga sentuhan manusiawi di Wimbledon, sambil tetap memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan akurasi.

Wimbledon tanpa hakim garis mungkin lebih efisien dan akurat, tetapi apakah itu juga lebih baik?

Waktu akan menjawabnya.

Namun, satu hal yang pasti: hilangnya hakim garis adalah pengingat yang kuat bahwa bahkan tradisi yang paling kokoh pun bisa berubah, dan perubahan ini selalu membawa konsekuensi yang perlu kita pertimbangkan dengan cermat.